Dampak Employee Burnout bagi Perusahaan: HR Wajib Tahu!
Burnout karyawan menjadi topik yang cukup signifikan di era digital bisnis yang penuh persaingan ketat seperti sekarang ini. Tidak mengherankan, banyak karyawan yang merasakan tekanan tinggi di tempat kerja. Perusahaan mungkin saja tidak menyadari bahwa karyawan bisa kehabisan tenaga —entah itu karena terjebak dalam rutinitas, multitasking, mengirim e-mail, maraton rapat virtual, dan sebagainya. Burnout bisa datang dalam berbagai bentuk dan ukuran, tetapi semuanya memiliki efek yang sama.
Burnout adalah kondisi stres kronis di mana karyawan merasa lelah secara fisik, mental, ataupun emosional akibat pekerjaannya. Karyawan merasa kekurangan energi dan lelah sepanjang waktu, dilengkapi juga dengan depresi dan perasaan-perasaan negatif lainnya yang terperangkap di dalam kesehariannya.
Burnout tidak datang begitu saja tanpa sebab. Burnout dapat datang karena pekerjaan banyak menumpuk. Terlalu banyak tugas yang harus dilakukan dengan waktu yang sempit. Tanpa bantuan apapun, tumpukan tugas ini bisa membuat kewalahan dan sangat membebani.
Tak hanya itu, budaya tempat kerja dan gaya manajemen juga memegang peran yang signifikan terhadap burnout. Jika karyawan tidak merasa nyaman dan bahagia dengan lingkungan kerjanya, maka rasa jenuh dapat muncul dengan cepat. Hal yang sama bisa terjadi jika manajemen terlalu mengatur atau menekan mereka secara mikro.
Burnout dapat menguras energi dan konsentrasi karyawan sehingga karyawan hanya akan bekerja dengan konsentrasi yang tersisa sedikit. Jika kondisi ini dianggap sepele dan tidak ditangani dengan baik, burnout dapat berdampak buruk terhadap kebiasaan kerja karyawan yang turut mempengaruhi performa perusahaan. Untuk itu, penting bagi perusahaan untuk mengenali berbagai dampak akibat burnout pada karyawan:
- Menurunnya produktivitas
Karyawan yang burnout biasanya kehilangan motivasi dan enggan melakukan aktivitas apa pun sehingga sering gagal menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Ketika mengalami kelelahan semacam ini, mereka hanya menyelesaikan pekerjaan dan mengabaikan kualitas hasilnya. Hal ini membuat produktivitas kerja karyawan berpotensi menurun drastis apabila terus dibiarkan.
- Sering absen
Burnout menyebabkan karyawan kehilangan minat pada pekerjaan dan rutinitasnya. Makin sering mengalami burnout, makin sedikit pula partisipasi mereka selama bekerja. Untuk mengurangi rasa beban terhadap pekerjaan dan melepaskan diri dari rasa jenuh, karyawan yang burnout lebih memilih untuk absen sementara dari tempat kerjanya. Absen terus-menerus tentu berpengaruh pada kinerja.
- Sulit merasa puas dengan hasil kerjanya
Karyawan menjadi tidak percaya diri dan sensitif dengan kesalahan/kekurangan dari hasil kerjanya. Mereka juga cenderung terlalu mengkritik diri serta berasumsi seolah-olah tak layak dan tak cocok dengan pekerjaan mereka saat ini. Anggapan ini makin menghambat mereka untuk mengeksplor hal baru dan makin terjebak dalam perasaan yang tidak menyenangkan selama bekerja.
- Menimbulkan masalah kesehatan mental lainnya
Burnout dapat berdampak buruk untuk kesehatan mental, seperti menurunnya kreativitas, selalu memandang sinis sekitarnya, frustasi, kecewa, dan membenci pekerjaan. Jika tidak segera diatasi, burnout akan makin parah dan mengarah pada depresi atau pun gangguan kecemasan.
Pertolongan pertama saat mengalami burnout tentu harus dilakukan oleh individu yang mengalami burnout itu sendiri. Salah satunya adalah dengan menata kembali prioritas kerja. Karyawan yang mengalami burnout harus memperbaiki atau pun menerapkan manajemen waktu yang baik, klasifikasikan tugas yang paling mendesak, dan minta dukungan keluarga atau profesional jika dirasa sudah terlalu mengganggu aktivitas.
Fenomena burnout di kalangan karyawan juga harus menjadi catatan penting bagi HR. Ketika menyadarinya, mencari akar permasalahan serta berinisiatif untuk membentuk suasana kerja yang nyaman dengan berbagai dukungan psikologis adalah upaya “membunuh” burnout yang perlu dilakukan HR. Ciptakan lingkungan yang membuat karyawan “setia” tanpa ada paksaan, bangga menjadi menjadi bagian dari perusahaan, serta merasa diapresiasi dan dicintai oleh perusahaan serta rekan kerjanya.
Dengan memahami dampak burnout secara proaktif, perusahaan dapat mencoba mencari cara untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, produktif, dan bahagia. Saat ini SISI menyediakan solusi digital yang akan mendukung bisnis Anda mewujudkan transformasi digital bisnis SDM Anda yang dapat bermanfaat bagi karyawan, perusahaan, dan juga pelanggan.