Mengurai Tantangan yang Dihadapi saat Menerapkan Software ERM

Thursday, 27 April 2023

Tak ada bisnis yang tak berisiko. Setiap perusahaan bekerja keras untuk meminimalisir risiko yang dapat mengancam keberlangsungan bisnisnya. Oleh sebab itu, hadir manajemen risiko perusahaan atau Enterprise Risk Management (ERM). Penerapan manajemen risiko pun kian mudah dengan menjamurnya berbagai software atau perangkat lunak ERM.

Software Enterprise Risk Management bisa membantu Anda mengelola risiko mulai dari mengidentifikasi, menganalisis, hingga menentukan keputusan terkait risiko yang dihadapi. Keputusan tersebut bisa berupa upaya meminimalkan dampak risiko, menghindari risiko, hingga menerima risiko tersebut.

Namun, meski sudah mengimplementasikan program Enterprise Risk Management dalam sebuah perusahaan, tak serta merta perusahaan berjalan aman atau tanpa tantangan dan ancaman. Tak semua perusahaan dapat mengimplementasikan Enterprise Risk Management secara mulus.

 

Pada praktiknya, terdapat banyak tantangan yang dihadapi dalam penerapan Enterprise Risk Management dalam sebuah perusahaan. Berikut deretan tantangan ERM:

  1. ERM Value

Umumnya, dalam sebuah perusahaan, keputusan terkait investasi diukur dengan metrik-metrik tradisional yang sudah menjadi standar seperti return on equity  (ROE), return on assets (ROA) dan risk-adjusted return on capital (RAROC). Sementara itu, untuk mengukur ERM value, tidak ada cara yang baku.

Oleh sebab itu perusahaan mengukur ERM value dengan menggunakan empat kategori yaitu mengukur shareholder value added; mengukur risiko yang berhasil dihindari ataupun diperkecil seperti melalui hedging dan lainnya; mengukur penghematan yang dihasilkan; dan manfaat kualitatif seperti meningkatkan transparansi, meningkatkan koordinasi dan tanggung jawab manajemen risiko dan lainnya. Alternatif lainnya yakni dengan menyelenggarakan ERM secara pilot basis, atau mengadopsi program ERM yang ringan.

  1. Hak istimewa

Tak jarang, data atau laporan terkait risiko perusahaan mengandung informasi yang sensitif. Untuk mengatasinya, maka laporkan data mengenai risiko dalam kategori yang umum saja, tanpa membicarakan mengenai detail seperti kontrak, counterparty, proyek, dan sebagainya. Selain itu, bisa juga tingkat kerusakan dilaporkan dalam bentuk kualitatif, tanpa menyatakan jumlah biaya secara gamblang.

  1. Mendefinisikan Risiko

Salah satu tantangan besar dalam mengelola risiko perusahaan adalah mendefinisikan risiko secara konsisten. Jika Anda tak mendefinisikan risiko, hal ini dapat menimbulkan ancaman terhadap kesuksesan Enterprise Risk Management. Definisi risiko sendiri dapat dibentuk melalui kelompok kerja yang terdiri dari perwakilan-perwakilan unit bisnis dalam organisasi dan fungsi-fungsi tertentu.

Tujuan utama dari kelompok kerja ini tak hanya untuk mendefinisikan risiko, tetapi juga harus disertai oleh panduan yang jelas. Buat juga inventaris risiko dan taksonomi risiko untuk mendefinisikan dan memetakan seluruh risiko yang dihadapi perusahaan.

  1. Metode asesmen risiko

Selain mendefinisikan risiko, tantangan ERM lainnya yaitu soal metode asesmen risiko. Terdapat banyak metode untuk melakukan pengukuran risiko yang mana setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh sebab itu, harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

Umumnya, metode pengukuran yang digunakan tergantung pada jumlah responden, budaya perusahaan, hingga sejauh mana tingkat familiar organisasi dengan manajemen risiko. Bisa dengan diskusi face-to-face, hingga aplikasi.

  1. Kualitatif vs kuantitatif

Tantangan lainnya yaitu soal keputusan perusahaan apakah mengukur risiko secara kualitatif atau kuantitatif. Pendekatan kualitatif memang lebih sederhana, dan biayanya cenderung rendah, tetapi kurang selaras dengan indikator keuangan maupun anggaran.

  1. Beberapa skenario potensial

Sebagian besar risiko yang dihadapi perusahaan mempunyai sejumlah kemungkinan dan tingkat kerusakan yang berbeda-beda. Pendekatan yang umum adalah dengan memperkirakan kerugian berdasarkan frekuensi terjadinya risiko, besar risiko, data historis, hingga hasil stress test.

  1. Kepemilikan ERM

Masalah mengenai siapa yang bertanggung jawab atas ERM bisa menjadi tantangan dalam penerapan Enterprise Risk Management, dan sering diperdebatkan. Kebanyakan, tanggung jawab yang dipegang oleh manajer, dengan pengawasan dari compliance manager.

  1. Risiko pelaporan

Tantangan lain dalam penerapan ERM yaitu risiko pelaporan.  Masalah dalam hal melaporkan risiko pada umumnya ada dua, yakni informasi apa saja yang harus dibagi, serta bagaimana mengkomunikasikannya. Laporan mengenai risiko biasanya berasal dari database dan taksonomi risiko yang mana informasinya bervariasi, tergantung siapa yang bertanggung jawab, jenis risiko, dan dampaknya.

Laporan yang dibuat oleh direksi misalnya, menampilkan mengenai risiko-risiko strategis dan punya dampak besar terhadap bisnis. Kemudian laporan dari unit bisnis dan manajer cenderung lebih melaporkan risiko-risiko di level menengah atau yang mungkin dihadapi setiap divisi. Sementara itu, laporan eksternal lebih sulit lagi, karena harus menentukan informasi apa saja yang mau dibagi kepada publik.

 

Selain delapan tantangan di atas, penerapan ERM juga menghadapi tantangan berupa pengeluaran modal dan operasional yang seringkali meningkat pada awal penerapan ERM karena program ERM memerlukan perangkat lunak dengan layanan khusus dan mahal.

Selain itu, masih ada berbagai tantangan dan risiko lainnya yang dihadapi perusahaan saat mengadopsi Enterprise Risk Management. Apabila perusahaan Anda membutuhkan informasi lengkap mengenai Enterprise Risk Management sebagai solusi untuk mengelola risiko menjadi peluang strategis perusahaan, silakan klik di sini.