Kisah Juli, Semangat & Optimis Sembuh COVID-19 Berkat Dukungan Kerabat
Kabar kurang baik saat ini seringkali datang bermunculan dari lingkungan sekitar kita. Memang banyak orang yang terpapar COVID-19, namun banyak pula pasien yang berhasil sembuh. Menjalani masa-masa sulit melawan COVID-19 dan berhasil sembuh menjadi pengalaman dan cerita tersendiri bagi para pasien. Salah satu cerita penyintas COVID-19 datang dari salah satu karyawan SISI bernama Julita Fitriani atau biasa disapa akrab Juli.
Sebelumnya Juli tidak pernah menyangka akan terinfeksi virus COVID-19. Perempuan warga Depok, Jawa Barat ini menceritakan kronologi awal ketika mengalami gejala sakit hingga berhasil sembuh dari infeksi virus Corona. Selama kurang lebih 3 minggu, dirinya mengaku harus dirawat intensif di salah satu rumah sakit di Depok. Kejadian ini bermula pada 23 Januari 2021 yang lalu, saat itu Juli mengalami penurunan saturasi oksigen sejak pukul 03.00 WIB dini hari dirumahnya. Beberapa waktu kemudian dia menggunakan persediaan oksigen di rumahnya, namun persentase saturasi oksigen tak kunjung naik malah justru menurun hingga 83%. Namun pada saat itu Julita masih dinyatakan negatif.
Tak ingin mengambil risiko, Juli lantas diantarkan kerabatnya mencari rumah sakit rujukan untuk dirinya. Namun 3 rumah sakit yang ia datangi selalu penuh, antrian panjang, dan beberapa ada yang belum memiliki fasilitas yang memadai. Hingga akhirnya tabung oksigen persedian yang ia gunakan sejak dari rumah sangat menipis dan tubuhnya sudah mulai lemas. Beruntung tak lama setelah deretan pencarian rujukan rumah sakit, akhirnya dirinya mendapatkan salah satu rumah sakit di Depok, Jawa Barat.
Selama pandemi, Juli mengaku tidak pernah bepergian keluar rumah. Sehari-harinya, ia melakukan pekerjaan kantor dari rumah saja atau work from home (WFH). Juli mengaku terpapar COVID-19 akibat sakit yang ia derita yakni tipes yang tak kunjung sembuh dan disertai sesak napas dengan saturasi oksigen yang rendah, sehingga memaksa dirinya harus ditempatkan di IGD tempat isolasi khusus pasien COVID-19. Tak lama kemudian dirinya dinyatakan positif terpapar COVID-19.
“Waktu menjalani opname di rumah sakit, saya merasa was-was juga sih karena harus di IGD dengan bangsal kanan kiri penyakit berat juga dan kebanyakan dari mereka penderita COVID-19. Tapi ya mau gimana lagi, di dalam thorax saya ada kristal yang belum juga hilang, tapi thorax ini bukan tanda-tanda virus COVID-19. Selain itu saturasi oksigen semakin menurun sampai 73%,” ujar Juli.
Hari-hari dilalui Juli tak jauh dengan ampul dan selang rumah sakit yang ada di IGD. Semakin hari dirinya merasa ketakutan yang lebih. Di sisi lain, Juli juga memiliki penyakit bawaan, sehingga kondisinya menjadi semakin parah. Akhirnya pada hari ke-7 di rumah sakit Juli dipindahkan ke ruang ICU isolasi khusus. Padahal dirinya juga telah menerima donor plasma namun kondisinya tak kunjung membaik.
Beruntung pada saat diisolasi, Juli tidak merasakan gejala yang lebih berat. Hanya saja penyakit bawaannya membuat dirinya semakin drop dan saturasi oksigen tak kunjung naik.
“Pada saat di ruang ICU khusus ini saya merasakan sedih yang cukup mendalam. Saya sudah tidak bisa lagi melihat anak-anak walaupun dari jendela kaca. Hampir seluruh tubuh saya dipenuhi dengan selang. Bahkan rumah sakit sudah meminta keluarga saya untuk pasrah tentang diri saya. Ini yang membuat kondisi mental saya semakin diuji,” lanjut Juli.
Juli berjuang di rumah sakit hingga 3 minggu lamanya. Beberapa hari di rumah sakit, Juli tak kunjung menunjukkan kesembuhan. Saking banyaknya obat yang dikonsumsi ketika dirawat, tingkat hemoglobin (HB) nya sempat turun. Bahkan dirinya sempat juga mendapatkan transfusi darah dari PMI.
Hal yang menguatkan Juli pada saat itu adalah ungkapan anaknya dalam beberapa kalimat dan dengan kalimat tersebut, yang membuat ia seolah mendapatkan kekuatan untuk bangkit melawan COVID-19. Dirinya juga mencoba bangkit dari keterpurukan dengan tidak stress, membeli makanan-makanan enak yang ada di Jakarta melalui layanan delivery order dan video call kerabat-kerabat terdekatnya. Motivasi dan dukungan kerabatnya lah yang tidak henti-hentinya membuatnya semakin kuat serta merasakan semangat baru untuk sembuh. Sebuah keajaiban, saturasi oksigen semakin normal, akhirnya dirinya dinyatakan sembuh dari COVID-19, dan sudah tidak merasa gejala sakit apapun.
Pada kesempatan lain Juli juga mengungkapkan bahwa untuk menunjang kesembuhan perlu selalu berpikir positif dan selalu melibatkan Tuhan dalam setiap langkahnya. Dirinya merasa sangat bersyukur, selain memiliki kerabat yang sangat mendukung juga merasa bahwa Tuhan selalu menyayanginya dan memberikan kesempatan untuk sembuh. Hal lain yang dilakukannya adalah menghindari informasi atau berita terkait COVID-19 yang berlebihan. Beberapa informasi berlebihan ini bagi sebagian orang bisa berdampak buruk dalam proses penyembuhan karena akan memicu kekhawatiran yang berlebihan sehingga dapat menurunkan daya tahan atau imun tubuh.
Ia juga menambahkan agar semua masyarakat dapat menyadari pentingnya menjaga kesehatan ditengah pandemi COVID-19 ini dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, mulai dari menggunakan masker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak sosial, hingga menjalankan pola hidup sehat. Jika tidak ada keperluan yang mendesak alangkah lebih baik melakukan berbagai aktivitas dari rumah saja.