10 Prioritas yang Perlu Diperhatikan Procurement Tahun 2022
Pandemi COVID-19 membawa ketidakstabilan dalam berbagai aspek bisnis selama dua tahun terakhir, termasuk lini procurement. Namun, berdasarkan Key Issues Study, sebuah studi yang dilakukan selama kuartal keempat 2021, beberapa perusahaan optimistis bisnisnya bakal stabil pada 2022.
Sekitar sepertiga perusahaan melaporkan kondisi bisnis yang mulai stabil. Selain itu, lebih dari setengah memprediksi bisnis secara umum bakal stabil pada 2022. Hanya 11 persen yang memperkirakan ketidakstabilan bakal berlanjut hingga 2023 atau 2024.
Prediksi akan kestabilan ini dirilis sebelum munculnya varian baru COVID-19 Omicron, tantangan berupa risiko inflasi yang bakal muncul pada 2022 serta sebelum konflik Rusia dan Ukraina. Dengan kondisi-kondisi ini tentunya para pebisnis kembali pada situasi ketidakpastian.
Di tengah ketidakpastian kondisi bisnis, setiap eksekutif dan jajaran top manajemen perusahaan harus membuat prioritas agar perusahaan tetap berjalan dengan baik. Saat ini transformasi ke digital menjadi prioritas dari sekitar 61 persen perusahaan pada 2022 atau naik 53 persen dibanding tahun sebelumnya.
Perusahaan-perusahaan juga meningkatkan fokus pada berbagai inisiatif. Lebih dari 58 persen perusahaan fokus pada pengembangan bisnis. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mana hanya 35 persen yang mengambil inisiatif ini.
Berikut lima teratas agenda atau inisiatif perusahaan di tahun 2022:
- Sekitar 61 persen perusahaan melakukan digitalisasi;
- Sebanyak 58 persen perusahaan bakal melakukan pengembangan atau ekspansi lini bisnis serta menambah program inklusi;
- Sekitar 50 persen perusahaan bakal melakukan perubahan pada pengalaman konsumen;
- Sekitar 47 persen perusahaan bakal fokus pada mendesain ulang kantor;
- 42 persen perusahaan melakukan optimasi biaya sales, general, dan administratif.
Prioritas Procurement 2022
Ketidakstabilan atau ketidakpastian yang terjadi saat ini mendorong pada eksekutif untuk membuat prioritas termasuk eksekutif di divisi procurement. Saat ini procurement menghadapi pasar pasokan yang tak stabil dan terus berkembang. Sehingga perusahaan didorong untuk melakukan mitigasi risiko pasokan untuk keberlangsungan bisnis.
Key Issues Study menulis terkait risiko utama dalam procurement pada 2022. Menurut studinya, para eksekutif procurement yang disurvei mengungkapkan pengakuan yang jauh lebih besar dari gangguan pada rantai pasokan dan volatilitas harga komoditas yaitu inflasi.
Inflasi, sebelumnya, tak masuk dalam daftar risiko Key Issues Study tahun 2021. Namun, risiko inflasi diyakini sebagai salah satu yang patut diwaspadai pada 2022. Saat ini inflasi berada pada level moderat, tetapi sebagian besar responden dalam studi ini memperkirakan risiko ini bakal meningkat dan procurement akan menjadi ujung tombak dalam mengatasi risiko ini dalam sebuah perusahaan.
Dari hasil studi ini juga menemukan bagaimana eksekutif procurement diminta untuk mencapai target (lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya) dengan sumber daya yang lebih sedikit. Pada 2022, beban kerja procurement diperkirakan meningkat sebesar 11 persen. Hal ini mencerminkan perluasan prioritas, tetapi tanpa peningkatan jumlah sumber daya termasuk pengurangan anggaran operasional. Sehingga muncul kesenjangan produktivitas dan kesenjangan efisiensi.
Dari risiko ini maka para eksekutif mulai melakukan prioritas untuk 2022. Salah satu prioritas procurement yaitu transformasi digital. Mayoritas perusahaan yang disurvei dalam Key Issues Study mengharapkan percepatan inovasi teknologi. Misalnya, sistem pengiriman barang dan jasa yang mulai didigitalisasi.
Oleh karena itu, digitalisasi adalah salah satu inisiatif perusahaan yang paling banyak direncanakan untuk tahun 2022. Selain itu, merencanakan peningkatan platform teknologi utama atau pengenalan teknologi baru.
Agar transformasi digital berhasil, procurement harus fokus pada talent dan data, serta teknologi. Eksekutif procurement harus memahami pentingnya mengembangkan kemampuan data dan analisis sebagai sarana untuk mencapai prioritas fungsional utama mereka.
Berikut daftar 10 prioritas yang dilakukan oleh eksekutif di procurement pada 2022 berdasarkan The Hackett Group 2022 Key Issues Study:
- Mengurangi risiko pada rantai pasokan untuk memastikan kontinuitas pasokan;
- Mengurangi pengeluaran;
- Bertindak sebagai penasihat strategis untuk bisnis;
- Mengupayakan keberlanjutan perusahaan;
- Mempercepat transformasi digital pada procurement;
- Meningkatkan kemampuan analitik, pemodelan, dan pelaporan;
- Menyelaraskan keterampilan dan talent yang disesuaikan dengan kebutuhan bisnis yang terbaru;
- Memodernisasi platform aplikasi pengadaan;
- Meningkatkan kecepatan dalam pengadaan;
- Tingkatkan sentrisitas pemangku kepentingan.
Sepuluh prioritas ini diharapkan dapat meredam risiko-risiko yang diperkirakan muncul di tahun 2022 serta agar bisnis terus berjalan di tengah ketidakstabilan akibat pandemi COVID-19 dan perang Rusia Ukraina.
Gejolak dalam dua tahun terakhir belum berakhir – setidaknya belum. Pemimpin procurement harus berfokus untuk memastikan menginvestasikan waktu dan sumber daya mereka di bidang yang paling penting untuk meningkatkan nilai bagi perusahaan.
Apabila perusahaan Anda membutuhkan informasi lengkap mengenai pengadaan atau procurement, aplikasi e-procurement Procsi hadir sebagai solusi bagi proses bisnis yang berkelanjutan, silakan klik di sini.