5 Kesalahan yang Biasa Terjadi pada Manajemen Risiko Perusahaan

Monday, 17 April 2023

Warren Buffett pernah bilang, “Risk comes from not knowing what you’re doing.” Atau artinya kira-kira “risiko muncul dari ketidaktahuan akan apa yang Anda lakukan”.

Semua eksekutif dan manajer paham betul bahwa dalam menjalankan bisnis pasti bakal selalu bersinggungan dengan risiko. Dan risiko berpotensi besar dalam merugikan perusahaan hingga membuat bangkrut sebuah usaha.

Potensi risiko dapat menjadi ancaman besar bagi keberlangsungan sebuah perusahaan bermula dari ketidaktahuan para manajer atau eksekutif. Ketidaktahuan akan risiko mana yang memiliki potensi besar merugikan perusahaan dan risiko mana yang hanya tak berpotensi besar mengancam operasional perusahaan.

Padahal, tujuan utama hadirnya manajemen risiko atau Enterprise Risk Management (ERM) adalah untuk mengatasi potensi masalah, mengendalikan masalah yang sedang terjadi, dan membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan. Salah satu kesalahan para eksekutif yaitu minimnya riset sehingga menjebak mereka dalam ketidaktahuan.

 

Di lansir dari hashmicro.com, berikut beberapa kesalahan umum yang terjadi dalam manajemen risiko perusahaan, yang tentunya berpotensi mengganggu operasional atau perusahaan:

  1. Pemimpin kurang andal

Kesalahan pada pemimpin hampir selalu menjadi faktor kegagalan dalam proses manajemen risiko dalam sebuah perusahaan. Hal ini umumnya terjadi karena eksekutif perusahaan kerap mengabaikan dan menepis berita buruk terkait tak efektif dan tidak berjalannya strategi yang diimplementasikan.

Selain itu, pemimpin yang kurang andal juga mendorong tidak adanya kesempatan bagi anggota organisasi atau karyawan lain untuk berkontribusi dalam pembuatan strategi dan kebijakan manajemen risiko. Hal ini tak lepas dari tingkat kepercayaan eksekutif perusahaan dengan kompetensi karyawannya. Padahal salah satu kunci berjalannya manajemen risiko dengan baik yaitu adanya kolaborasi kuat antara karyawan, manajer, dan eksekutif.

Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah kesalahan yang terjadi akibat atasan yang tidak kompeten. Pertama, menyusun kerangka manajemen risiko terkait bagaimana perusahaan dapat memastikan bahwa struktur kebijakan, akuntabilitas, dan protokol pelaporan masalah atau risiko berjalan dengan baik.

Kedua, direktur harus waspada terhadap tanda bahaya atau peringatan dini seperti strategi bisnis yang tidak berjalan dengan baik, tekanan kinerja yang tinggi, eksekutif yang kurang mumpuni, kompetisi internal yang tidak sehat, dan fokus berlebihan pada tujuan jangka pendek.

Ketiga, manajemen perusahaan harus mempersiapkan strategi yang kuat ketika hendak melakukan terobosan baru sehingga risiko dapat dikomunikasikan dan ditangani dengan baik di semua level perusahaan. Keempat, peningkatan kualitas kompetensi karyawan harus dilakukan berkala dengan sistem manajemen yang baik.

  1. Kendala dalam penerapan ERM

Setelah perencanaan mitigasi risiko jadi, maka perusahaan akan menerapkan Enterprise Risk Management. Namun, penerapan Enterprise Risk Management tak selalu berjalan mulus. Masalah dan kegagalan adalah dua hal yang tak pernah lepas dari Enterprise Risk Management.

Misalnya, kurangnya dukungan manajemen dalam upaya mitigasi dan tidak dilibatkannya orang yang berkompeten pada masalah ini. Oleh sebab itu, manajemen harus turut serta mendorong para eksekutif senior untuk mengambil peran yang seharusnya. Selanjutnya, lakukan evaluasi bersama untuk mengetahui prioritas risiko yang dihadapi dan bagaimana cara mengelola risiko tersebut.

  1. Hanya percaya data kuantitatif

Tak semua risiko bisa diukur dengan angka. Ada sebagian eksekutif yang hanya mementingkan informasi atau data kuantitatif dan mengabaikan data lainnya terkait risiko. Padahal ada risiko yang sulit diukur dengan angka. Oleh sebab itu, model pelaporan harus dianalisa dengan baik dan lengkap.

  1. Mengabaikan budaya dalam perusahaan yang disfungsi

Budaya organisasi memiliki dampak yang besar dalam mengidentifikasi dan pencegahan risiko. Jika budaya dalam perusahaannya tidak sehat, seringkali manajemennya abai dalam melihat tanda-tanda bahaya seperti adanya kesalahan atau sesuatu yang tidak beroperasi sebagaimana mestinya. Contoh budaya organisasi yang bermasalah seperti conflict of interest, target yang tidak realistis, atau tidak seimbangnya tanggung jawab risiko dalam manajemen.

  1. Data tidak bisa diakses real-time

Tak ada formula yang tepat untuk mengetahui kapan persisnya suatu risiko akan muncul. Oleh sebab itu, penting bagi perusahaan untuk memiliki data risiko yang real time agar bisa cepat diketahui oleh manajemen risiko. Data yang tidak bisa diakses real time dapat menyulitkan perusahaan dalam melakukan mitigasi risiko.

 

Untuk menghindari masalah ini, manajemen harus mengimplementasikan program yang dapat mengintegrasikan seluruh bagian operasi bisnis dan menghasilkan data real time. Dengan demikian, baik perencanaan strategi, manajemen risiko, dan performa bisnis terkoneksi dengan baik. Oleh sebab itu, para eksekutif harus membagi tanggung jawab manajemen risiko ini secara adil. Bahas semua risiko dan peluang yang perusahaan hadapi.

Inilah lima kesalahan umum yang kerap terjadi dalam proses manajemen risiko dalam perusahaan. Apabila perusahaan Anda membutuhkan informasi lengkap mengenai Enterprise Risk Management sebagai solusi untuk bisnis yang berkelanjutan, silakan klik di sini.