Menggabungkan ESG dan GRC: Solusi untuk Keberlanjutan Bisnis

Friday, 17 November 2023

Belakangan, ESG (Environmental, Social, and Governance) menjadi isu yang semakin menarik perhatian publik. Para pelaku bisnis mulai semakin sadar akan kondisi bumi yang kian memburuk. ESG sendiri merupakan sebuah konsep yang mendapatkan perhatian signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini mengacu pada kerangka kerja yang digunakan dalam ESG digunakan untuk mengevaluasi keberlanjutan dan dampak etis dari suatu perusahaan atau investasi.

Pada praktiknya ESG menjadi semakin penting ketika dihadapkan pada sebuah proses bisnis. ESG menjadi kerangka kerja penting untuk mengevaluasi praktik lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan. Hal ini memberikan pandangan holistik mengenai keberlanjutan dan dampak etika perusahaan, sehingga memungkinkan investor dan stakeholder untuk mengambil keputusan yang lebih tepat. Seiring dengan semakin pentingnya keberlanjutan dan tanggung jawab sosial, ESG menjadi bagian integral dari lanskap perusahaan.

 

Pada saat yang sama, menggabungkan ESG dengan GRC (Governance, Risk, & Compliance) juga menjadi pilar penting dalam menjaga integritas dan kelangsungan bisnis. GRC adalah singkatan dari Tata Kelola, Risiko, dan Kepatuhan. Ini adalah kerangka kerja atau sistem yang digunakan oleh organisasi untuk menyusun dan mengelola tata kelola, manajemen risiko, dan proses kepatuhan terhadap peraturan.

Pada implementasinya, ESG dan GRC mengacu pada integrasi dan kerja sama antara praktik Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) dan kerangka Tata Kelola, Risiko, dan Kepatuhan (GRC). Kolaborasi ini bertujuan untuk menyelaraskan pertimbangan keberlanjutan organisasi dan etika dengan manajemen risiko dan proses kepatuhan dalam suatu organisasi.

ESG dan GRC merupakan sebuah ilmu yang terpisah, dimana ESG berfokus pada keberlanjutan dan dampak sosial, dan GRC berfokus pada manajemen risiko dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Namun, dengan menyadari sifat saling berhubungan dari bidang-bidang ini, para pelaku usaha kini menyadari pentingnya mengintegrasikan pertimbangan-pertimbangan ESG ke dalam strategi GRC mereka. 

 

Berikut beberapa manfaat lebih detail dari penggabungan ESG dan GRC:

  1. Mengurangi risiko operasional dan reputasi yang mungkin timbul

Kolaborasi antara ESG dan GRC melibatkan pengintegrasian data dan metrik ESG ke dalam sistem GRC yang ada. Hal ini memungkinkan organisasi untuk menilai dan mengelola risiko-risiko bersama dengan risiko-risiko operasional lainnya. Kolaborasi ini juga memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi dan menilai risiko secara proaktif, menerapkan strategi pengendalian dan mitigasi, dan memantau risiko secara efektif. Hal ini membantu organisasi mengurangi kemungkinan dan dampak potensi risiko, serta melindungi aset, reputasi, dan pemangku kepentingan mereka.

  1. Membangun hubungan yang lebih baik dengan berbagai pihak

Kolaborasi antara ESG dan GRC memastikan bahwa pertimbangan keberlanjutan dan etika dimasukkan ke dalam struktur tata kelola dan kerangka kepatuhan. Hal ini mencakup penyelarasan pengawasan, kebijakan, dan prosedur kerja. Hal ini mendorong transparansi dan akuntabilitas dengan menetapkan kebijakan, pedoman, dan mekanisme pelaporan yang jelas. Hal ini meningkatkan kepercayaan serta meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan para pemangku kepentingan, termasuk pelanggan, investor, regulator, dan masyarakat.

  1. Memberikan keunggulan kompetitif. 

Dengan adanya penggabungan antara ESG dan GRC membantu organisasi menyederhanakan proses mereka, mengurangi duplikasi upaya, dan mengotomatiskan tugas-tugas rutin. Dengan mengintegrasikan tata kelola, manajemen risiko, dan aktivitas kepatuhan, organisasi dapat meningkatkan efisiensi operasional dan meningkatkan produktivitas. Hal ini tentu juga akan berdampak pada peningkatan keunggulan kompetitif perusahaan.

 

Secara keseluruhan, kolaborasi antara ESG dan GRC dapat meningkatkan kemampuan organisasi dalam mengelola risiko, memenuhi persyaratan kepatuhan, dan mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam operasional perusahaan. Hal ini memungkinkan pendekatan yang lebih holistik terhadap tata kelola dan manajemen risiko, dengan mempertimbangkan dampak organisasi yang lebih luas terhadap lingkungan, masyarakat, dan stakeholder.