Cerita Inovasi Sobat SISI Di Tengah Pandemi
Meski di tengah kesulitan dan krisis akibat pandemi Covid-19, kreativitas anak bangsa Indonesia justru semakin bergelora dalam menciptakan berbagai produk dan inovasi yang dapat meningkatkan pertumbuhan industri kreatif dan kewirausahaan. Kreativitas dan inovasi ini dilakukan oleh berbagai segmen dari mulai pekerja, ibu rumah tangga, dan tak terkecuali melibatkan generasi muda untuk mewujudkan perubahan positif tersebut.
Salah satu contoh seperti yang dilakukan oleh salah satu peserta Lomba Instagram Photo Contest SISI #ProduktifVersiAku beberapa waktu lalu yakni, Vita Fizatur Rohma atau biasa dipanggil dengan Vita. Sebagai seorang mahasiswa jurusan PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) yang juga aktif dalam dunia pendidikan, dirinya tidak sungkan melakukan inovasi dengan memanfaatkan lahan kosong untuk bercocok tanam dengan metode hidroponik. Meskipun tidak memiliki background ilmu pertanian sama sekali, hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk mencoba. Dirinya mengaku belajar melalui internet dan bahkan tak tanggung-tanggung, sudah 10x percobaan yang ia lakukan selalu gagal, namun setelah itu keberhasilan mampu diraihnya.
Vita sengaja memilih hidroponik ini karena menurutnya masa tersulit adalah ketika berdiam diri tak mau bergerak dan berkarya. Ketika ditemui di sela-sela aktivitasnya Vita menyampaikan, “Saya banyak melihat produktivitas saat ini sangatlah rendah karena keterbatasan dan proses adaptasi pandemi yang belum tahu sampai kapan berakhirnya. Saya tidak ingin terlalu berdiam, dan akhirnya mulai memanfaatkan lahan dan peralatan yang ada guna mencukupi kebutuhan sayur-mayur warga sekitar, dan mengajak serta menggandeng kawan-kawan sefrekuensi untuk ikut terlibat.”
Seringkali hasil panen yang dilakukan bersama teman-temannya dibagikan ke orang sekitar yang membutuhkan. Namun karena tidak banyak orang yang terjun di bisnis ini, hal ini juga dimanfaatkan oleh Vita sebagai peluang untuk meraup keuntungan. Modal yang dibutuhkan pun jauh lebih terjangkau daripada perkebunan biasa. Biasanya Vita melakukan panen sayur mayur ini setiap 22 hari setelah masa tanam. Untuk menjual hasilnya, Vita biasa langsung memasarkannya ke pasar atau toko sayur tradisional tanpa bantuan pengepul. Berbeda dengan sayur kebanyakan, hasil dari perkebunan ini bebas dari pestisida sehingga lebih diminati oleh sebagian orang.
Inovasi lainnya juga dilakukan oleh Maretta Tyas Cahyaningrum, salah satu Senior Admin Sales Digital Service SISI. Dirinya sengaja memilih singkong sebagai idenya dalam berinovasi, karena menurutnya hingga kini singkong masih seringkali dipandang sebelah mata oleh banyak pihak. “Seringkali singkong diberi stigma sebagai tanaman kurang berkelas. Padahal singkong sangat memiliki potensi untuk diolah menjadi sajian yang lebih modern dan bervariasi, ” ujar Maretta.
Selama ini singkong umumnya hanya diolah menjadi keripik, singkong goreng, ataupun singkong rebus. Setelah dirinya banyak melakukan berbagai eksperimen, terciptalah produk kuliner inovatif berbahan singkong, seperti singkong keju frozen. Beragam olahan lainya yang tak kalah menarik adalah kudapan getuk frozen kekinian dengan beragam variasi isi diantaranya isi coklat, keju, ataupun kacang. Menariknya, ternyata olahan getuk ini sengaja dimanfaatkannya dari potongan kecil-kecil yang tidak bisa dipakai lagi untuk singkong keju.
Maretta mengaku, olahan makanannya sengaja dijadikan frozen untuk menyasar segmentasi pasar yang jauh sehingga dapat menikmatinya tanpa harus membeli yang sudah jadi. Inovasi tersebut telah dapat menaikkan kelas singkong dari makanan kelas “ndeso” menjadi makanan yang cukup digemari.
Itu tadi cerita beberapa inovasi yang dilakukan oleh Vita dan Maretta. Sobat juga bisa berkreasi dan melakukan inovasi lain yang tak kalah menakjubkan loh. Lihat di sekitar, barangkali ada ide yang bisa memberi perubahan dan siapa tau jadi ladang keuntungan yang menggiurkan. Semoga bermanfaat dan menginspirasi ya Sobat!